Antara Blogger, Designer atau Photographer, Tetap Jadilah Gravitasi

Hujan turun begitu lebatnya, diiringi hembusan angin yang menerpa pohon-pohon. Gemuruh petir pun saling bersahutan seolah-olah menyambut kilatan cahaya yang singkat melintas. Hari itu dari atap rumah meneteskan air, bukan menangis tapi karena genteng bocor. Air itu menetes tepat diatas lemari yang selama ini menjadi gudang tempat penyimpanan. Tumpukan kardus yang tersimpan rapi diatas lemari juga tak kuasa menahan air yang terus menerpa. Dengan sigapnya saya mengambil bangku dan mulai mengungsikan beberapa kardus yang sudah setengah basah.

Seperti layaknya dokter, langsung saja saya bedah kardus itu untuk melihat kondisi yang terjadi didalamnya. Kardus itu ternyata menyimpan buku-buku yang dulu pernah saya gunakan untuk bersekolah. Satu persatu buku-buku itu saya keluarkan dari kardus, memilahnya antara yang basah dan tetap kering. Perlahan tapi pasti hingga tibalah kepada satu buku yang pernah menjadi catatan keseharian saya disekolah dulu. Buku itu merupakan buku yang setiap harinya saya bawa kemana-mana, menuliskan kejadian demi kejadian dalam bentuk catatan harian.

Rupanya buku itu tampak basah kuyup dengan berlumur tinta berwarna hitam dipinggir halamannya. Mulailah saya membuka halaman kertas satu persatu, membaca kembali beberapa kisah kasih di sekolah yang dulu pernah saya tulis. Tanpa sadar saya pun mulai mengenang kembali masa lalu pada saat itu. Bibir ini rasanya seperti senyum-senyum sendiri ketika membaca beberapa kalimat yang tertulis didalam buku itu, kadang merasa bahagia dan kadang terhanyut dalam kesedihan cerita yang entahlah sudah terlupakan dari dulu namun mencoba mengingatnya kembali. 
Seketika teringatlah masa itu, dimana saya sering dicemooh oleh beberapa teman sekolah. "Anak laki-laki kok punya buku diary" begitulah tanggapan mereka, sesekali mereka merobek beberapa kertas yang ada dibuku itu. Sejujurnya dalam hati saya sangat sakit, namun apa daya ketika itu saya hanya seorang anak kampung yang baru pindah sekolah ke Jakarta. Kebiasaan menulis tidak pernah saya tinggalkan, saya tidak peduli apa kata mereka, yang terpenting adalah dengan menulis saya bisa mengungkapkan perasaan saya melalui goresan tinta.

Saya jauh dari orang tua saya, tidak seperti anak-anak pada umumnya yang selalu mengadu langsung kepada orangtuanya seketika tertimpa masalah, oleh karenanya saya menulis untuk mengabadikan setiap kejadian yang bisa saya ceritakan kembali kepada orang tua saya ketika waktunya tiba. Hingga saat saya dewasa seperti sekarang ini, hal itu menjadi pemicu saya untuk terus berkarya dengan tulisan-tulisan dan cerita inspiratif yang saya kemas dalam sebuah blog.

Dalam buku yang telah usang itu, tampaknya tidak hanya tulisan yang bersarang pada halaman tersebut. Ternyata ada bakat lain yang tersembunyi didalam diri saya, itu terbukti pada kertas tanpa tulisan namun terlihat beberapa cuplikan gambar yang menarik. Benar sekali, selain menulis disela-sela waktu, saya sering mencoretkan tinta untuk beberapa gambar animasi ataupun pemandangan. Hal itu merupakan anugrah dari Sang Pencipta melalui seorang Ayah yang gemar menggambar juga.
Alhasil jiwa seni pun tumbuh, hingga pada akhirnya saya tertarik dengan dunia design dan mencoba untuk terus mempelajarinya hingga sekarang. Tulisan dan gambar adalah ungkapan dari seorang anak seperti saya yang masih membutuhkan perhatian lebih dikala itu. Namun dari situlah saya banyak belajar, memiliki pengalaman yang berharga, bermanfaat untuk orang lain dan berguna ditengah masyarakat luas.
Menulis merupakan bakat yang saya temui karena keterpaksaan. Bagaimana tidak, dengan menulis saya bisa mengungkapkan dan mengabadikan perasaan isi hati yang saya rasakan. Banyak peristiwa yang terjadi ketika hari pertama saya masuk sekolah. Dengan tampang polos dan lugu, saya selalu jadi bahan ejekan teman-teman, apalagi saat aksen daerah Jawa saya begitu kentara. Sedih barcampur marah saat baju saya ditempeli kertas pada punggung dengan tulisan yang tidak sepantasnya, beberapa kali permen karet pun menempel pada bangku tempat saya duduk.

Kalian bisa bayangkan betapa sedihnya hati ini kala itu, rasanya mau marah dan balas dendam, namun apa daya saya hanya seorang bocah yang tidak tahu menahu soal kehidupan di Jakarta. Dari kejadian itulah saya terpaksa mengadukan peristiwa itu dalam sebuah tulisan, kadang-kadang dalam sepucuk surat yang tidak tahu kapan terkirimkan kepada Ibu saya dikampung. Berawal dari tulisan tentang curhatan seorang anak, kini menjadi sebuah kebiasaan menulis. Kebiasaan menulis dan menggambar akhirnya menjadi suatu kesatuan yang bisa dibilang sebuah kegemaran bagi saya.

Memiliki hobi menulis dan menggambar adalah sebuah bakat yang telah diberikan Sang Pencipta. Setiap harinya saya selalu menulis tanpa merasa lelah dan menggambar tanpa merasa salah. Semua yang saya lakukan dari keduanya menjadi hal yang sangat menyenangkan. Saya tidak pernah tahu apa yang akan terjadi dengan diri saya hari ini atau hari esok, yang terpenting dengan menulis saya yakin mampu meraih impian dan cita-cita, karena mimpi yang dituliskan akan jauh lebih terwujud dari pada impian yang hanya tertera dalam angan-angan. Pepatahpun pernah berucap !
Begitulah kata motivasi dari Rockeffeler yang saya kutip dalam buku pengembangan diri. Kata-kata itu selalu memberikan inspirasinya untuk menulis impian terbesar yang ada di dalam angan-angan kita. Hati ini sangat yakin, dengan menulis impian atau cita-cita, setidaknya kita akan selalu diingatkan oleh tulisan itu pada keseharian kita, bulan demi bulan, bahkan beberapa tahun yang akan datang sejak impian tersebut tertuliskan. Impian yang tertuliskan akan mempengaruhi kita untuk berpegang teguh terhadap apa yang menjadi harapan kita di masa yang akan datang.

Pada intinya adalah belajar dari kekurangan akan melahirkan bakat yang tidak pernah kita duga sebelumnya. Setiap orang pasti memiliki kekurangan, dan jika kita berfikir secara positif semua yang menjadi kekurangan kita akan melahirkan nilai-nilai yang berorientasi pada bakat kita. Termasuk diri saya yang selalu dipandang rendah oleh orang lain, kini telah banyak menghasilkan bakat yang bermanfaat untuk diri saya, keluarga dan orang lain. Bakat yang terpendam itu adalah sebagai seorang penulis lepas, menjadi designer yang kreatif dan seorang yang baru belajar photographer.

Tidak disangka dari bakatlah saya lahir menjadi orang yang berprestasi, orang yang tumbuh dengan segudang kemampuan dan mulai muncul kepermukaan dengan segudang prestasi. Tampaknya bakat yang lahir kini telah menemukan arahnya. Berbagai prestasi dikejuaraan menulis tingkat sekolah, nasional dengan perjuangan yang tidak mudah saya dapatkan. Semua karena usaha yang maksimal dan terus berdoa kepada Sang Pencipta. Sebuah kebanggaan tersendiri bagi saya bisa menduduki presatasi yang semua orang menginginkannya. Dalam hati saya hanya berbisik "Inilah Perjuangan".
Prestasi saya yang paling mengagumkan adalah ketika saya menjuarai penulisan artikel terbaik dengan tema "Mutiara laut selatan Indonesia" yang diselenggarakan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan. Prosesi penyerahan hadiahnya diserahkan langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan Ibu Susi Pudjiastuti yang merupakan salah satu menteri favorit saya, sungguh sangat mengharukan ketika berjabat tangan walau hanya beberapa detik. Menjadi kebanggaan tersendiri bagi saya karena telah berhasil menjuarai penulisan artikel yang sebelumnya antara yakin dan tidak yakin saya bisa menjuarainya. Namun inilah kuasa Sang Pemilik Alam Semesta yang telah menggariskan saya menjadi pemenang pada saat kompetisi tersebut.

Prestasi demi prestasi juga saya raih dengan kejuaraan lainya sesuai bakat yang saya kembangkan saat ini seperti graphic design, video motion dan juga photographer. Semua itu berawal dari keterbatasan yang semakin hari akan meleburkanya menjadi sebuah prestasi. Hal ini merupakan pelajaran penting bagi saya dan kita semua, bahwa segala sesuatu yang diusahakan akan mengalirkan jalan menuju apa yang kita inginkan termasuk impian kita. Oleh karena itu jangan pernah menyerah untuk menggapai segala impian dan cita-cita kita. Teruslah berjuangan dengan bakat yang telah dilahirkan dan tetap jadilah gravitasi ditengah orang-orang yang membutuhkan inspirasimu.
Bakat yang tumbuh menjadi prestasi adalah hal yang luar biasa, karena dengan bakat yang kita miliki serasa melakukanya bukan suatu hambatan lagi bagi kita. Saya memiliki bakat menulis, dan ketika saya menulis semua serasa mengalir seperti air mengalir, menuliskan beribu-ribu kata tanpa beban dan merasa lelah. Begitu juga dengan menggambar atau design sesuatu yang menjadi kegemaran kita, serasa waktu berjalan begitu cepat namun tetap menikmati setiap proses designnya.

Bakat lain yang saya miliki adalah menjadi photograpfer, selalu memiliki ide dengan sejuta pengambilan angel yang menarik dalam suatu objek atau benda. Bakat ini terpendam sudah terlalu lama karena memang tidak mudah untuk merealisasikan peralatan yang canggih dan mumpuni. Walaupun sampai saat ini belum pernah meraih prestasi dibidang ini, setidaknya ini menjadi awal yang baik untuk memulai bakat baru yang akan melahirkan sebuah prestasi kembali.

Begitu banyak bakat yang terlahir dan dengan mudahnya kita menjalaninya tanpa merasa kalah. Bukan itu! yang terpenting adalah bagai mana kita bisa menjadi gravitasi terhadap lingkungan kita, menjadi daya tarik orang lain agar mampu menyerap inspirasi yang telah kita ciptakan bersamaan dengan prestasi yang selama ini telah kita raih. Gravitasi adalah daya tarik dengan kekuataan besar untuk menarik benda diatasnya agar tetap berjalan sesuai porosnya, begitu juga dengan prestasi.

Prestasi yang baik bukan hanya seputar kompetisi atau perlombaan, tetapi prestasi yang baik adalah tindakan yang mampu menjadi daya tarik perubahan untuk orang lain disekitar kita, memberikan dampak positif terhadap seseorang yang berusaha menjadi lebih baik.

Dari prestasi tersebut saatnya saya menjadi gravitasi yang dapat menarik orang lain dari berbagai golongan untuk turut merasakan inspirasinya dari perjalanan kerja keras saya. Gravitasi inilah yang menjadi awal peruabahan saya untuk menjadi orang yang lebih berguna bagi orang lain, begitu juga dengan seluruh masyarakat untuk bisa melakukan apapun yang menjadi harapan dan impian kita. Jangan pernah menilai orang dari hasil akhirnya, tapi lihatlah apa yang dilakukannya selama ini untuk menggapai semua imian mereka. Semua butuh proses  dan proses itulah yang menjadikan kita orang besar dengan segala prestasi dan keunggulan kita dari berbagai bidang.

Dari gravitasi jadilah seperti luna smartphone yang selalu menginspirasi kita dalam berbagai hal, mulai dari jago ngeblogger, memberikan inspirasi melalui design, dan mengabadikan moment penting yang tidak akan terlupakan. Saatnya beralih ke Luna Smartphone yang memberikan pengalaman baru kepada teman semua dengan berbagai fitur terbaru dan teknologi canggih yang mampu mendukung jalannya rutinitas kita, tanpa mengurangi keterbatasan kita. Jadilah Gravitasi ditengah hobi kalian seperti Luna Smartphone.

--- Always Pray and Stay Creative ---


Labels