Selain Kota Mangga Indramayu Juga Terkenal dengan Kota Budaya

Assalamualaikum.wr.wb
Hallo sahabat blogger yang makin kece dan keren, gimana udah belajar belum, udah bantu orang tua juga, kerjaan udah bereskan, kalo sudah semua yuk kita jalan-jalan ke kota mangga !

Kota mangga ?
Hayo yang belum tahu kota mangga itu dimana... wah kalian berarti kurang gaul!
Kota mangga itu ya di Indramayu, kota dengan penghasil mangganya yang berlimpah ruah di Indonesia, jelas kak Tiva.

Merasa dirinya gak begitu mengerti dengan kota mangga apa lagi kota Indramayu akhirnya si Arta menyempatkan diri sepulang sekolah menuju ke warnet yang tidak begitu jauh dari rumahnya untuk menulusuri dan mencari tahu dimana itu Indramayu yang disebut-sebut sebagai kota mangga.

Arta memang bukan orang asli pulau Jawa, dia hanya anak pindahan dan bersekolah di Jakarta. jadi wajar saja kalo dia tidak begitu tahu nama daerah yang ada di pulau Jawa, yang dia tahu hanyalah sebatas nama provinsi mulai dari Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Arta adalah teman sekolah saya yang berasal dari Kepulauan Riau, dia pindah ke Jakarta karena mengikuti ayahnya yang sedang dinas di Jakarta. Yang saya kagumi dari dia adalah rasa keingintahuannya yang tinggi dan berusaha untuk memahami informasi apa saja yang sedang menjadi trending topik.

Mau tau apa yang dia dapatkan setelah selama satu jam dia berdiam diri di warnet ?
Dia menceritakan banyak hal tentang Indramayu mulai dari sejarahnya, kuliner, kesenian dan kebudayaan yang dia peroleh informasinya dari internet. Sungguh Indramayu Kota Budaya ! Cek Aja Gaes!
Kota mangga ? Siapa yang tidak kenal dengan kota mangga. Mangga yang menjadi icon kota Indramayu ini menjadi daya tarik wisata untuk berkunjung bukan karena cuma mangganya saja, tapi karena budayanya, wisatanya, dan keseniannya yang unik dan menarik.

Berbicara tentang Indramayu pastinya yang terlintas dalam benak kita adalah pantura, laka, beli dan Iis dahlia (artis dangdut yang berasal dari Indramayu). Ya, kota yang biasa dilewati ribuan umat saat tradisi mudik berlangsung ini berada di jalur pantai utara atau biasa dikenal dengan pantura dan masih dalam wilayah provinsi Jawa Barat.

Walaupun Indramayu merupakan wilayah Jawa Barat namun bahasa keseharianya bisa dikatakan berbeda dari masyarakart lainya. Jawa Barat terkenal dengan bahasa Sunda nya, berbeda dengan Indramayu yang menggunakan bahasa Dermayon pada umumnya. Bahasa Dermayon itu bisa dikatakan seperti campuran antara bahasa Jawa dengan Sunda namun lebih melekat ke bahasa Jawa.

Setiap tahun saya selalu pulang ke kampung halaman melewati jalur pantura, dan seperti biasa saya selalu menyempatkan diri untuk mampir ke rumah kawan lama saya. Ada hal menarik yang selalu saya temui disana mulai dari makanan, kesenian sampai kebudayaan. Oleh karena itu tidak akan pernah bosan bila harus berlama-lama di kota Indramayu.

Kali ini saya akan berbagi tentang kebudayaan Indramayu yang patut untuk dilestarikan. Banyak juga wisatawan yang datang dari berbagai daerah menyaksikan berbagai tradisi, adat maupun acara-acara festival kebudayaan di Indramayu. Yuk kita bahas kebudayaan apa saja sih yang ada di Indramayu, Cek Aja Gaes!

Nadran itu merupakan upacara adat yang dilakukan para nelayan di pesisir pantai utara Jawa, seperti Subang, Indramayu, dan Cirebon. Tradisi yang dilakukan secara turun temurun ini bertujuan untuk mensyukuri hasil tangkapan ikan kepada sang pencipta serta mengharapkan peningkatan hasil di masa mendatang.

Upacara Adat Nadran yang diselenggarakan secara rutin setiap tahun, biasanya diselenggarakan antara bulan Oktober sampai Desember di Pantai Eretan, Dadap, Karangsong, Limbangan, Glayem, Bugel dan Ujung Gebang. Sedangkan di Kabupaten Subang, di antaranya adalah di Pantai Blanakan.
Uniknya adalah upacaranya dilaksanakan dengan memotong kepala kerbau juga di sertai dengan memotong tumpeng. Kepala kerbau tersebut dibungkus dengan kain putih dan ditambahkan dengan sesaji lainnya kemudian dilepaskan ke tengah laut memakai ancak sejenis replika perahu dan kepala kerbau ditenggelamkan.

Pernah lihat wanita dengan penutup kepala dihiasi dengan bunga-bunga yang indah? nah itu dia Ngarot, salah satu tradisi dari Indramayu. Ngarot berasal dari kata ”Nga – rot” (basa Sunda) yang berarti minum/ngaleueut. Ngarot merupakan salah satu upacara adat yang terdapat di Desa Lelea, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Upacara adat ini diselenggarakan pada saat menyambut datangnya musim hujan yaitu tibanya musim tanam padi. 

Biasanya adat ini dilaksanakan pada pekan ketiga bulan November atau Desember dan selalu dilaksanakan pada Rabu yaitu salah satu hari yang dianggap keramat dan hari baik oleh masyarakat Lelea untuk menanam padi. Adat ini melibatkan muda-mudi untuk turut serta dalam upacara tesebut.
Untuk para remaja gadis biasanya berbusana kebaya berselendang yang dilengkapi aksesori, seperti kalung, gelang, cincin, bros, peniti emas, dan hiasan rambut. Para gadis pun bermahkotakan rangkaian bunga-bunga, yaitu kenanga, melati, dan kertas. Sementara remaja putra mengenakan busana baju komboran dan celana gombrang berwarna hitam, lengkap dengan ikat kepala.

Acara ini mungkin yang di tunggu para jombowan dan jomblowati untuk menemukan jodohnya. Warga masyarakat Indramayu dan sekitar pantura mengartikan adat Jaringan sebagai tradisi mencari jodoh pada saat terang bulan atau bisa dibilang bulan purnama.

Para nelayan tidak melaut dan hanya berkumpul di pasar pantura, karena pada saat terang bulan ikan-ikan hanya berdiam di dasar laut sehingga sulit ditangkap. Tempat berkumpulnya para nelayan ini dikenal dengan nama pasar jodoh. Pasar jodoh berada di sebuah supermarket tradisional di Desa Lebak, Kecamatan Kandang Haur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Dulunya, tempat ini adalah Kantor Bupati Indramayu.

Dalam adat Jaringan, para lelaki mengenakan kain sarung, dan (dulunya) para wanita mengenakan semacam pakaian kain rajutan yang dibuat sendiri. Sarung yang dikenakan para lelaki ini digunakan untuk menjaring dan menggaet wanita yang disuka. Namun, seiring perkembangan jaman adat Jaringan ini pun memiliki banyak versi di berbagai daerah di sepanjang pantura. Ayo yang belum dapet jodoh boleh di coba deh!

Nah Ngunjung merupakan upacara yang biasa dilaksanakan juga oleh masyarakat Indramayu dan sekitarnya. Ngunjung/ Munjung sendiri berasal dari kata kunjung dengan maksud mengunjungi makam leluhur sebagai salah satu wujud syukur masyarakat disertakan juga untuk berdoa. 

Upacara Ngunjung sendiri biasanya dilaksanakan pada lokasi-lokasi atau makam leluhur serta tokoh keagamaan yang dianggap keramat dengan maksud untuk memohon keselamatan senantiasa mengingatkan pesan-pesan leluhur untuk melestarikan tradisi budayanya.

Pada Upacara Ngunjung ini biasanya selain berdoa juga ditampilkan beberapa kesenian khas daerah seperti Wayang Cepak dan tari-tarian. Upacara Nunjung ini umumnya dilaksanakan pada bulan Syuro dan Maulud.

Acara adat dengan membawa air suci dalam bungbung bambu ini disebut dengan Mapag Tamba, air yang dibawa juga berasal dari sumber mata air yang dianggap memiliki kekhasiatan tersendiri. Air suci ini sebelumnya dibacakan doa-doa oleh sesepuh desa pada malam harinya dengan harapan padi yang ditanam bisa tumbuh sampai dipanen.
Biasanya tradisi mapag tamba ini dilakukan pada 40 hari setelah masa tanam padi. Dibawakan oleh para pamong desa, yang disebut dengan wadyabala “nibakena tamba”. Wadyabala nibakena tamba ini dibagi dalam beberapa kelompok, dengan tugas mengucurkan air suci di sepanjang garis perbatesan desa.

Mapag Sri merupakan istilah yang berasal dari bahasa Jawa yang berarti menjemput padi, mapag yang berarti menjemput, sedangkan sri yang dimaksudkan sebagai padi (bukan mbak sri tetangga sebelah ya..). Adat Mapag Sri adalah salah satu budaya masyarakat Indonesia khususnya Jawa dan Sunda termasuk Indramayu yang dilaksanakan untuk menyambut datangnya panen raya sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan yang Mahaesa.

Mapag Sri dilaksanakan menjelang musim panen. Meskipun panen ini berlangsung setiap tahun, Mapag Sri tidak selalu dilaksanakan setiap tahunnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan upacara ini tidak bisa selalu dilaksanakan seperti faktor keamanan, dan faktor buruknya hasil panen sehingga upacara ini tidak dapat dilaksanakan.
Di dalam upacara tersebut, biasanya disediakan sesaji dan kesenian. Untuk kesenianya disertai dengan tari topeng dan wayang kulit. Dikebanyakan wilayah Indramayu, mapag sri selalu mementaskan tanggapan wayang kulit.

Sedekah bumi siapa sih yang gak tahu ritual ini!. Tradisi yang selalu masuk berita televisi ini merupakan ritual tradisional masyarakat Jawa yang sudah berlangsung secara turun-temurun. Sedekah bumi ini biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa yang berprofesi sebagai petani yang menggantungkan hidupnya dengan memanfaatkan kekayaan alam yang ada di bumi untuk mencari nafkah demi keluarganya.

Tradisi ini dilaksanakan pada awal bulan Muharam atau Syuro. Tempat pelaksanaan tradisi ini awalnya dilakukan di perempatan jalan, namun sekarang biasanya dilaksanakan di halaman masjid, balai desa, atau tempat terbuka seperti lapangan.
Tradisi sedekah bumi tak hanya menjadi ritual saja, tetapi sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Jawa. Banyak yang beranggapan jika sedekah bumi tidak bisa dipisahkan dari budaya Jawa. Ritual sedekah bumi juga merupakan salah satu cara dan sebagai simbol penghormatan manusia terhadap tanah yang menjadi sumber kehidupan.

Wah ternyata banyak sekali ya kebudayaan dari Indramayu, tak heran juga kalo Indramayu selain disebut sebagai kota mangga juga disebut sebagai kota budaya. Rasa-rasanya perlu kita berkunjung untuk menyaksikan semua kebudayaan mulai dari seni dan tradisi yang berlangsung di Indramayu. Ayolah berkunjung ke Indramayu !
Kota Budaya Yaa.. Indramayu...
Selamat Hari Jadi Indramayu yang ke - 489
 --- Always Pray and Stay Creative --- 

Sumber:
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Indramayu
http://www.indramayukab.go.id/potensi/kebudayaan.html
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/
http://ensiklopediaindonesia.com/
https://www.infobudaya.net/

Labels